Oleh : Syaibatul Hamdi (Gus Alwy Ali Imron)
Sebuah pomeo terkenal mengatakan : “Bangsa yang baik adalah yang mengenal sejarah bangsanya.” Sebab hal itulah (paham akan sejarah bangsa) bisa mengetahui kekurangan-kekurangannya, tentu saja hal itu digunakan untuk evaluasi terhadap perbaikan masa depan bangsa itu sendiri. lantas dari mana bangsa bisa maju jika tidak karena mempelajari masa lalunya?
Itulah yang bangsa, bagaimana dengan agama? Dalam hal ini Islam ? tentu lebih diharuskan lagi, demi untuk kelancaran roda dakwah dan penyebaran Islam itu sendiri, yang lebih penting lagi, adalah mengembalikan kejayaan masa lampau yang pernah dinikmati oleh ummat ini.
Dari sini kita juga bisa memahami bahwa kemunduran sebauh ummat/bangsa , adalah karena keengganan mereka memahami dan mempelajari masa lalunya, seyogyanya sebuah bangsa yang mengalami kemunduran, harus segera mempelajari kembali kejayaan yang pernah diperoleh dan memapak tilasi jalan yang ditempuh oleh pendahulunya, itu seyogyanya.
Sayangnya, keengganan mempelajari masa lalu, saat ini benar-benra telah dialami oleh bangsa kita khususnya, dan ummat Islam umumnya. Adalah tentu saja sebuah kekeliruan besar jika kita hanya membanggakan masa lalu kita tetapi tidak ada untuk paling tidak meneladani lebih baik lagi, mengembalikan masa lalu itu sendiri. Untuk merubah keadaan yang sedang menukik tajam ini. Lebih parah dari itu, ketidakmauan mempelajari perjalanan masa lalu ummat ini yang telah tertoreh dengan tinta emas.
Jadi, sudah bisa dipastikan, satu-satunya sarana untuk mengetahui masa lalu adalah dengan membaca sejarah itu sendiri.. tapa membaca, maka yang kita alami selama ini adalah mimpi di siang bolong, dan bagi yang membaca tapi tak ada usaha mewujudkan kembali kejayaan itu, sama saja dengan membual.
Ironis memang, kebanyakan dari kita lebih hafal nama-nama artis plus seputar gossip kehidupan mereka, daripada nama kelurga Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam juga sejarag perjalanan hidup beliau. Kitapun masih kerap bingung ditanya kapan perang Muraisy’ terjadi, lebih tahu saat kita ditanya, kapan acara MissUniverse digelar atau final Akademi fantasi, malah mulai babak eliminasi. Nama-nama Shohabatpun kita banyak yang buta.
Nama-nama Kholifah saja kita hanya tahu sebatas 4 nama, Padahal Islam punya lebih dari 100 Kholifah (Amirul-Mukmunin). Apalagi peristiwa-peristiwa seperti : Huruub Arridah, Yarmuk, Ajanadin, Nawahand, Hittin, Ain Jalut, perang Salib atau nama-nama seperti Nuruddin Zanky, Sholahuddin Yusuf, Syajanuddin, Ruknuddin baybars, Mudhoffar Saifuddin Qutz, Asad bin Furot, Salim Awwal, Muhammad Al-Fatih, Abu Amir, mungkin kita lebih tidak kenal lagi.Lebih lancar saat menyebut Dian Sastro, Nicolas Saputra, Tora Sudiro, Luna Maya, Maria Renata, Sandi Aulia, Britney Spears, Maria Saraphova dan konco-konconya.
Kita juga hanya samar-samar mendengar dinasti Umawiyah, Abbasiyyah, Ayyubiyah, Mamalik, Alu Zanky, Baramikah, Salajiqoh, Utsmaniyyah. Lebih jelas ditelinga kita nama Dewa, perterpan, Sheila on 7, U2, The Beatles, Metalica, Chili hot Peppers dst.
Begitu pula perjalanan mereka dalam membesarkan islam, belum lagi Ulama-ulama yang jumlahnya jutaan semisal : An-Nawawy, Al-Isnawy, at-Thobary, Al-Ghozaly, Ibnu Atsir, Ibnu katsir, Ibnu Sayyidin Naas, dus biografi mereka, kesemangatan mereka dalam mecari ilmu, berjihad, berdakwah, perang dsb. Kita sama sekali tidak mengetahuinya. Bisa jadi malah lebih kenal Karl Marx, Sigmund freud, Machiavelli, Jean-Jacques-Rosseau, Theodore Heartzl dan seabreg tokoh-tokoh gila penghancur aqidah.
Jangan jauh-jauh, apakah kita sudah paham betul kisah wali Songo saat menyebarkan Islam di Jawa, tidak hanya sekedar menziarahinya saja? mungkin juga kita tidak tahu bahwa perang Jawa yang dikomandani Pangeran Diponegoro adalah dalam rangka jihad membela Islam atau lebih heran saat kita tahu bahwa Diponegoro adalah seorang sayyid bermarga Bin Shihab atau juga kemerdekaan Negara ini yang banyak mendapat bantuan besar dari kalangan Pesantren, Merekalah penggerak utama tsauroh (pemberontakaan) atas penjajah dan lain sebagainya.
Harus kita akui, tsaqofah (kepahaman) kita tentang sejarah sangat minus sekali sebab justru sejarahlah yang memiliki peran sangat penting untuk membangunkan ummat dari tidur pulasnya.
Oke, mungkin kita berargumen, bahwa tidak ada buku sejarah yang bisa kita baca, karena ketiadaan buku-buku sejarah itu di perpustakaan. Namun alasan itu terlalu dingin, kitanya saja yang memang tidak punya keinginan /niat kuat untuk mengejar sejarah itu ( atau yang lainnya). Sebab, andai kita punya keinginan kuat, himmah dan azm yang tinggi terhadap sesuatu, maka sarana untuk menuju itu akan ada dengan sendirinya dan tanpa sadar, kita akan tertuntun kesana.
Idza Sohhal qosdu, wadlihas-Sabiil, Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Itu saja yang selam ini kendor dalam diri kita. Karena sebenarnya hal ini sudah menjadi sunnatullah fi kaun, hukum alam.
Sebab sejarah sendiri terbentuk dari himmah dan azm yang kuat, tanap kedua hal ini, maka nama-nama Nabi tak akan pernah tertoreh manis dalam Al-Qur’an atau kitab-kitab agama lainnya. lebih sederhana lagi, para pelaku sejarah itu sendiri. Atau lebih mengena di benak kita lagi, para artis yang kita hafal selama ini, mereka bisa mencipta sejarah karena ada himmah.
Sudah saatnya kita banyak menelaah sejarah, tnapa harus ada ketakutan menghafal tahun-tahun kejadian, akrena yang kita cari buka itu, tetapi apa yang telah terjadi dalam sejarh itu, sebagai spion kita untuk melangkah kedepan, juga sebagai peta penuntun, agar kita tidak tersesat di jalan peradaban, juga demi membangun perabadan itu sendiri.
Paling tidak, jika kita enggan mempelajari/ membaca sejarah, kta sebagai ummat Islam, sebagai santri epnuntut ilmu Agma, harus tahu sejarah Rosulullah dengan lingkup yang lebih luas tidak sekedar ngalap/mempelajari cukup di Khulosah Nurul yaqin saja, tapi melebar ke Fiqh Siroh, Ar-Rohiqul Makhtum, Hadaiq al-Anwaar, Uyun al-Atsar, Mahawib Saniyyah, syukur-syukur sampai Subulul Huda war-Rosyad. Cukup bagi kita (sejarah Rasululah tersebut, Bahr Laa Saahilah, laut tak berpantai itu) untuk bekal penting kita menempuh perjalanan kehidupan, dalam menempuh liku-liku perjuangan. Lainnya, tentu saja, akan lebih sempurna saat kita mau membaca sejarah setelahnya dan yang lainnya.
Sebab perintah di Al-Qur’an cukup jelas.Iqro’ , bacalah tinggal kita saja ummat Islam atau bangsa ini. mau apa tidak mengaplikasikannya , mempraktekkan baca itu, karena semau tahu banyak baca banyak tahu sampai bosan telinga kita mendengar buku adalah jendela dunia. Faktor penting ummat Islam dulu berjaya adalah karena kegemaran membaca dan mempelajari apapun khususnya sejarah (yang ini, kebiasaan itu, justru diambil alih orang-oarang barat). perlu tahu, ummat Islamlah pencipta perpustakaan pertama kali di dunia.
Jangan dikira, juga tentara jaman dulu, hanya bisa pegang pedang panah saja, merekapun lihai memainkan pena, haus akan pengetahuan, Mu’allif-mu’allif pengarang-pengarang) yang kita kenal selama ini, dalam biografinya mereka juga sebagian ada yang menjadi tentara.
Nah, sekarang tentu pada akhirnya terserah kita semau, tulisan ini hanya sekedar mengingatkan saja, tak lebih juga tidak kurang karena kesadaran, seng ngalakoni adalah kita semua. Kalau sadar, ya Alhamdulillah, kalau tidak, ya tidak apa-apa, masing-masing kita diberi akal sendiri- sendiri.Wallahu A’lam.